Sejarah Manusia dalam Agama Islam
( Diambil dari http://kisahasalusul.blogspot.com/2014/07/asal-usul-manusia-menurut-agama-islam.html, 17-07-16, 12:05 )
Dalam Agama Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik dan
digambarkan dalam kitab suci Al-Quran. Tidak luput olehNya, maka sudah
sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya literatur yang
paling benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan. Termasuk ilmu
tentang bagaimana proses pembentukkan manusia yang juga digambarkan
sejelas-jelasnya
"Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib....."
(QS. Al Baqarah (2) : 2-3)
Dengan
memperhatikan ayat tersebut maka kita seharusnya tidak perlu berkecil hati
menghadapi orang-orang yang menyangkal kebenaran keterangan mengenai asal usul
manusia. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki unsur utama yang dijelaskan
dalam Al Qur’an yaituIman kepada yang Ghaib. Ini sebenarnya tampak pula
dalam pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh mereka dalam menguraikan masalah
tersebut yaitu selalu diawali dengan katakemungkinan, diperkirakan, dsb.
Jadi sebenarnya para ilmuwanpun ragu-ragu dengan apa yang mereka nyatakan.
Tahapan kejadian manusia yang dijelaskan dalam Al-qur’an :
a) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Qur’an dijelaskan
bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh
Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah
ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah
di dalam firman-Nya :
"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang
memulai penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al
Hijr (15) : 26)
Disamping itu Allah juga
menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al
Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu
(diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari)
b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu
yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan
berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak
menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini
dijelaskan oleh Allah dalam salah sati firman-Nya :
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36)
Adapun proses kejadian manusia
kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa’ (4) : 1)
Di dalam salah satu Hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :
"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk
Adam" (HR. Bukhari-Muslim)
Apabila kita amati proses
kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia laki-laki
dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang
rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan
perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.
c) Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan
Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah
kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini
disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau
secara medis.
Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan
secara terperinci melalui firman-Nya :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al
Mu’minuun (23) : 12-14).
Islam,
memandang manusia sebagi mahluk ciptaan Allah swt yang paling sempurna. Dia
adalah mahluk pilihan yang “paling mulia kedudukannya dari pada
mahluk-mahluk lain” ciptaan Allah swt. Begitu banyak keistimewaan
yang dikaruniakan dalam diri manusia, mulai dari wujudnya yang paling indah
dibanding dengan mahluk Allah swt yang lain, sampai pada komponen penyusun
dalam diri manusia yang tidak yang menyamainya. Jadi disini sudah
jelas manusia itu bukan berasal dari monyet karena manusia itu mahluk ciptaan
Allah swt yang paling sempurna dan tidak ada yang menyerupainya. Berdasarkan
beberapa uraian dalil al-qur’an di atas ternyata tidak ada yang menjelaskan
bahwa manusia itu diciptakan dari hasil evolusi seperti menurut Teori Darwin.
Dengan kata lain, Al-qur’an tidak mendukung gagasan bahwa manusia diciptakan
memalui suatu proses evolusi dari satu jenis ke jenis lainnya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa manusia itu berasal dari suatu saripati (berasal)
dari tanah, kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang
sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka
dia menjadi hidup. Sama sekali jauh dari gambaran manusia si Darwin itu. Nenek
moyang manusia bukanlah monyet/kera. Manusia bukan hasil evolusi dari
monyet, karena manusia itu mahluk ciptaan Allah swt yang
paling sempurna dan tidak ada yang menyerupainya. Antara manusia dan monyet tidak ada hubungan sama
sekali, serta masing-masing mempunyai jalan kehidupan sendiri-sendiri.
Opini
: Allah swt menciptakan manusia di dunia ini dengan sempurna dan segala potensi
yang sangat luar biasa. Pertama, potensi untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya,
seperti makan, minum dll. Kedua, potensi naluri untuk beribadah kepada sang
Khalik, mempertahankan diri dan melestarikan keturunan. Ketiga, potensi akal.
Dengan akal manusia dapat berfikir ketika hendak berbuat. Dengan akal pula
manusia akan mampu memecahkan uqdatul qubro (3 pertanyaan mendasar dalam
hidup), yaitu dari mana manusia berasal, untuk apa manusia diciptakan di dunia
dan akan kemana manusia setelah mati. Melalui proses berfikir yang cemerlang
manusia akan mampu menjawab manusia berasal dari Allah yang
menciptaannya, manusia hidup untuk beribadah kepada Allah dan akan kembali
kepada Allah. Namun, manusia juga sangat berpotensi untuk melakukan
kesalahan dan kerusakan ketika ia tidak mempergunakan akalnya sesuai dengan
perintah Allah swt.
WUJUD ADAM
Menurut Hadits Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
Adam memiliki postur badan dengan ketinggian 60 hasta (kurang lebih 27,432
meter). Hadits mengenai ini
pula ditemukan dalam riwayat Imam Muslim dan Imam Ahmad, namun dalam sanad yang
berbeda. Sosok Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu
yang tinggi dan ia bukan makhluk purba.Ia berasal dari surga yang berperadaban maju. Turun ke muka bumi bisa sebagai manusia dari sebuah
peradaban yang jauh lebih maju dan jauh lebih cerdas dari peradaban manusia
sampai kapanpun, oleh karena itulah Allah menunjuknya sebagai Khalifah
(pemimpin) di muka bumi. Dalam gambarannya ia
adalah makhluk yang teramat cerdas, sangat dimuliakan oleh Allah, memiliki
kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain sebelumnya dan
diciptakan dalam bentuk yang terbaik.
Sesuai dengan Surah Al Israa' 70, yang berbunyi:
...dan sesungguhnya
telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan
(Al Israa' 17:70). Dalam surah At-Tiin
ayat 4 yang berbunyi:
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya. (At Tiin 95:4) Menurut riwayat di dalam Al-Qur'an, ketika Nabi Adam as baru
selesai diciptakan oleh Allah, seluruh malaikat bersujud kepadanya atas
perintah Allah, lantaran kemuliaan dan kecerdasannya itu, menjadikannya makhluk
yang punya derajat amat tinggi di tengah makhluk yang pernah ada. Sama sekali berbeda jauh dari gambaran manusia purba menurut
Charles Darwin, yang digambarkan berjalan dengan empat kaki dan menjadi makhluk
purba berpakaian seadanya.
MAHLUK SEBELUM ADAM
Mengenai penciptaan
Adam sebagai khalifah di muka bumi diungkapkan dalam Al-Qur'an:
“Dan (ingatlah)
ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat;
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di bumi”.
Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan
berkata):
“Adakah Engkau (Ya Tuhan kami)
hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan
darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu
dan mensucikan-Mu?”
Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang
kamu tidak mengetahuinya.” (Al-Baqarah 30)
Menurut syariat Islam, Adam tidak diciptakan di Bumi, tetapi
diturunkan dimuka bumi sebagai manusia dan diangkat /ditunjuk Allah sebagai
Khalifah (pemimpin/pengganti /penerus) di muka bumi atau sebagai makhluk
pengganti yang tentunya ada makhluk lain yang di ganti, dengan kata lain adalah
Adam 'bukanlah makhluk berakal pertama' yang memimpin di Bumi. Dalam Al-Quran disebutkan tiga jenis makhluk berakal yang
diciptakan Allah yaitu manusia, jin, dan malaikat. Manusia dan Jin memiliki tujuan penciptaan yang sama oleh
karena itu sama-sama memiliki akal yang dinamis dan nafsu namun hidup pada
dimensi yang berbeda. Sedangkan malaikat hanya memiliki akal yang statis dan tidak
memiliki nafsu karena tujuan penciptaanya sebagai pesuruh Allah. Tidak tertutup kemungkinan bahwa ada makhluk berakal lain
selain ketiga makhluk ini. Dari ayat Al-Baqarah 30, banyak mengundang pertanyaan,
siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat
di atas. Dalam Arkeologi, berdasarkan fosil yang ditemukan, memang
ada makhluk lain sebelum manusia. Mereka nyaris seperti manusia, tetapi memiliki karakteristik
yang primitif dan tidak berbudaya. Volume otak mereka lebih kecil dari manusia, oleh karena
itu, kemampuan mereka berbicara sangat terbatas karena tidak banyak suara vowel
yang mampu mereka bunyikan.
Sebagai contoh Phitecanthropus Erectus memiliki volume otak
sekitar 900 cc, sementara Homo Sapiens memiliki volume otak di atas 1000 cc
(otak kera maksimal sebesar 600 cc). Maka dari itu bisa diambil kesimpulan bahwa semenjak 20.000
tahun yang lalu, telah ada sosok makhluk yang memiliki kemampuan akal yang
mendekati kemampuan berpikir manusia pada zaman sebelum kedatangan Adam. Surah Al Hijr ayat 27 berisi:
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang
sangat panas. (Al Hijr 15:27). Dari ayat ini, sebagian lain ulama berpendapat bahwa
makhluk berakal yang dimaksud tidak lain adalah Jin seperti dalam kitab tafsir
Ibnu Katsir mengatakan:
"Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan
adalah Jin yang suka berbuat kerusuhan." Menurut salah seorang perawi hadits yang bernama Thawus
al-Yamani, salah satu penghuni sekaligus penguasa/pemimpin di muka bumi adalah
dari golongan jin. Walaupun begitu pendapat ini masih diragukan karena manusia
dan jin hidup pada dimensi yang berbeda. Sehingga tidak mungkin manusia menjadi pengganti bagi Jin.
|
Komentar
Posting Komentar